Rabu, 28 November 2012

tulisan di majalah anak spesial

[DRAFT] Oct 22, '10 10:39 PM
for devi riana's contacts
Bayi  lucu dan menggemaskan yang  terlahir pada hari selasa tanggal 28 agustus 2002 itu diberi nama Adinda Zahra Nur Fathimah. Walaupun melalui operasi ceasar, namun secara umum kondisi fisiknya terlihat normal. Di hari ke-10 ketika diletakkan pada posisi tengkurap, Zahra mulai membolak-balikkan kepalanya secara mandiri. Ia  mulai tengkurap sendiri saat Ia berusia 3,5 bulan, duduk sendiri 5,5 bulan, merayap lalu merangkak sebelum 9 bulan, mulai berdiri usia 9,5 bulan dan akhirnya berjalan bahkan langsung berlari pada usia 10,5 bulan.
Di tengah pesatnya perkembangannya secara fisik, ada beberapa keganjilan yang mulai terlihat pada Zahra.  Contohnya Zahra tidak pernah berhenti terserang kolik. selalu muntah setelah minum ASI hal ini  berlangsung sampai zahra berusia 9 bulan. Selain itu Zahra juga selalu terbangun tengah malam, menangis dan terlihat kesakitan, hal ini bisa berlangsung hingga berjam-jam dan terus terjadi  sampai usia Zahra 3 tahun. Cara berjalannya dan berlarinya pun berjinjit. Dia juga terlihat clumsy, karena kerap menabrak barang/dinding saat berlari.  Dalam hal interaksi  sosial, Dia juga menunjukan kelainan. Zahra hampir tidak pernah tersenyum sosial, kalau Ia tersenyum seakan-akan Ia sedang  tersenyum sendiri.  Saat namanya dipanggil dia juga hampir tidak pernah menengok. Ia juga terlihat selalu menghindari diri dari menatap wajah orang. Dia terlihat selalu sibuk sendiri dan tidak terlihat tertarik dengan apa yang terjadi di sekitarnya.  Dari segi emosi  Zahra juga terlihat sangat bermasalah, ia mudah sekali marah untuk hal-hal yang terlihat sepele. Dan kalau sudah tantrum, dia tidak akan berhenti menangis dan mengamuk sampai lebih kurang 2 jam. Dari sisi fungsi  organ tubuhnya pun terlihat keganjilan yaitu pada sistem pencernaannya. Zahra sering sekali mengalami diare. Pernah dia diare tanpa henti hingga berminggu-minggu. Untung saja  nafsu makannya tidak bermasalah, jadi berat badannya selalu tetap dalam kisaran normal.
Setelah usia 1 tahun, ada satu kata yang keluar dari mulutnya yaitu “dadah”. Saat itu dia melambaikan tangannya pada seorang pemulung yang lewat depan rumah. Namun setelah itu tidah pernah terdengar lagi  kata dari mulutnya. kalaupun ada hanya berupa bubling yang tidak jelas. Zahra semakin menjauhi diri dari dunia luar, tenggelam kian dalam dalam dunianya sediri. Akhirnya saat Zahra berusia 1 tahun 9 bulan, dokter neurologis anak mendiagnosa zahra sebagai autistik. Di titik inilah zahra memulai perjalanannya dalam penanganan autisme yang ada padanya.
Jenis terapi pertama yang harus dilakoni Zahra adalah terapi sensori integrasi dengan pendekatan floor time yang berlangsung selama hampir 2 tahun. Ada beberapa kemajuan yang terlihat seperti berkurangnya air liur yang kerap keluar tanpa dia sadari dan ia menjadi lebih tahu cara bermain. Kemudian di usia 3 tahun Zahra mengikuti beberapa terapi yang menggunakan pendekatan Lovaas, antara lain; terapi wicara, terapi perilaku, terapi okupasi terapi sensori integrasi dan terapi bermain.  Terapi dengan pendekatan ini dijalaninya selama 10 bulan. Ada beberapa kemajuan seperti ia lebih respon ketika namanya dipanggil dengan menjawab “apa”. Selain itu dia jadi lebih patuh, tidak lagi terlihat seperti  semaunya sendiri. Namun dia sering terlihat stres jika hendak ke tempat terapi. 
Saat  berusia 3 tahun ini, Zahra juga mengikuti terapi balur. Prinsip dari terapi ini adalah mengurangi kadar merkuri yang biasanya di atas ambang normal pada anak-anak autis. Metode ini adalah salah satu cobaan yang terberat yang harus dilalui Zahra dan kami orangtuanya. Karena selama proses pengeluaran merkuri, ada beberapa efek balur yang terlihat sangat menyakitkan bagi tubuh Zahra. Antara lain luka-luka di berbagai bagian tubuh Zahra. Proses balur ini harus dijalani zahra  berkali-kali dalam seminggu dengan tenaga pembalur yaitu ibunya. Selama proses pembaluran, zahra seringkali bereaksi negatif seperti menolak, marah dan menangis, namun pembaluran mau tidak mau harus tetap diteruskan karena ada target yang harus dicapai. Ternyata di balik ketabahan dan ketekunan selalu ada buah yang manis. Dalam kurun kurang dari 1 tahun, Zahra mulai mengalami berbagai perbaikan yang signifikan. Pencernaanya jauh membaik, tidak gampang diare lagi, badannya terlihat lebih kuat, tidak pernah lagi terbangun tengah malam dan menangis berjam-jam, kontak matanya  bertahan jauh lebih lama, dan ia mulai mengeluarkan suara secara bermakna yakni berbentuk senandung. Memang belum keluar kata-katanya, namun ia dapat dengan mudah menyenandungkan sebuah lagu dengan intonasi yang sangat tepat dan ternyata dia hafal banyak sekali lagu.
Usia 4 tahun, Zahra mulai menjalani terapi dengan metode Glenn Doman yang mana menitikberatkan pada perbaikan fungsi otak dengan cara menstimulai pembentukan sinapsis-sinapsis neuron baru di otak. Sehingga nantinya bagian syaraf  di otak yang terlanjur rusak/terluka(injured), dapat digantikan fungsinya oleh neuron neuron yang baru tersebut. Stimulasi yang diberikan melalui berbagai latihan fisik antara lain; merangkak 800 m/hari, merayap 400 m/hari, brachiation(bergerak dengan menggelantung di monkey bar), masking(pemasangan masker)  dan patterning (pemolaan gerak). Semua kegiatan ini diterapkan pada zahra selama sekitar 1,5 tahun. Perlahan tapi pasti, begitu banyak perubahan pada diri zahra. Gerakannya terlihat lebih teratur, kontak matanya kian membaik, fisiknya menjadi lebih tegap dan kuat, jarang sekali sakit, tidak lagi mudah panik di keramaian, respon ketika namanya dipanggil jauh lebih baik, dia juga tampak lebih bahagia, tidak mudah panik pada situasi hiruk pikuk, berada pada permukaan yang labil bukan lagi masalah baginya, ia menjadi berani naik berbagai permainan yg bergoyang-goyang di taman hiburan. Dia menjadi lebih berani mencoba permainan baru. Di Usia 5 tahun, zahra mampu berenang mandiri dengan mengapung di kolam yang tergolong dalam (1,5 meter) dan di usia 6 tahun zahra mulai menggayuh sepeda secara mandiri (walaupun roda 4).
Tepat usia 7 tahun Zahra kembali menjalani berbagai terapi dengan pendekatan Lovaas. Tidak seperti dahulu saat usianya 3 tahun, kini dia jauh lebih koorperatif. Sehingga pencapaiannya lebih signifikan. Kini dia sudah paham konsep warna, dapat mengidentifikasikan berbagai benda, dari segi bicaranya juga terlihat dari semakin jelas pelafalan kata-katanya, semakin panjang kalimat yang dia ucapkan, inisiatif untuk bicaranya pun semakin baik. Selain terapi Lovaas, Zahra juga kini menjalani terapi pijat syaraf. Terapi ini juga menunjukkan hasil yang positif bagi perkembangannya, terutama dalam menunjang perbaikan skill motorik halus. Kini  Ia dapat buka-tutup kancing mandiri, mulai bisa mewarnai gambar dengan rapi, tahu cara menggunting, menempel, mulai dapat menggunakan pensil dan mencoba membuat huruf balok secara mandiri. Terapi pijat syaraf ini juga sangat menunjang kemampuan pelafalan huruf-huruf yang tergolong sulit bagi zahra, seperti huruf “V”, “L”.  Walau kadang masih salah sebut, namun perlahan menuju ke arah konsistensi dalam pelafalan huruf-huruf tersebut dengan baik.
Dalam hal kegiatan mengurus diri pun zahra sudah jauh lebih mandiri. Mandi, sikat gigi, pakai handuk, berpakaian, pasang sepatu, ambil tas, membuat sandwich untuk sarapannya, semuanya sudah dapat dia lakukan sendiri. Bahkan ia antusias membantu pekerjaan rumah seperti rutinitas buka-tutup gordyn, menyalakan dan mematikan lampu teras, memasukan cucian kotor ke dalam mesin cuci, mengangkat jemuran, sampai memeras santan.  Semua dia lakukan dengan senang dan penuh tanggung jawab.
Saat ini zahra hampir 8 tahun. walau perlahan-lahan, namun berkat kuasa Tuhan selalu ada saja kemajuan yang berhasil ia capai. Terkadang kemajuan tersebut terlihat seperti bonus besar walau sebenarnya tampak sederhana. Seperti bulan Mei kemarin, saat perayaan harkitnas di tempat terapi nya. Zahra mengikuti lomba peragaan busana baju profesi. Ketika di atas panggung dia terlihat percaya diri dan mau menjawab ketika ditanya jurinya.  Dan ternyata zahra berhasil merebut hati juri dengan gayanya yang lucu sehingga dinobatkan sebagai juara ke-2 dan dia tampak senang membawa pulang pialanya.
Di luar rutinitas terapi, Zahra juga mengikuti beberapa Kegiatan yaitu renang dan wall climbing, masing-masing sekali per minggu. Walaupun dia sudah bisa mengambang, namun gaya renangnya masih perlu diperbaiki. Alhamdulillah sekarang dia sudah mulai paham renang gaya bebas.
Kegiatan wall climbing dipilih sang ibu untuk Zahra mengingat energi zahra yang masih berlebih. sehingga ia suka sekali memanjat benda-benda tinggi semacam sofa, tembok, kulkas dan lemari. Diharapkan dengan wall-climbing energinya bisa diarahkan untuk hal yang lebih bermakna dan dapat menambah rasa percaya dirinya. Alhamduillah, setelah 3 kali pertemuan zahra mampu mencapai ketinggian 11 meter. Dan tampaknya dia sangat menyukai kegiatan wall-climbing ini..itulah yang terpenting.
Masih banyak target yang ingin dicapai dalam rangka memudahkan zahra untuk mencapai mimpi-mimpinya kelak. Namun setiap langkah besar harus selalu dimulai dengan langkah-langkah kecil.  Kami mencoba selalu memandang diri kami sebagai orang-orang yang beruntung, karena kebahagiaan kami seringkali datang dari hal-hal yang terlihat begitu sederhana. Dengan bahan bakar rasa syukur dan  kekuatan doa kepada yang maha berkehendak serta keyakinan bahwa zahra selalu memiliki potensi  untuk menjadi manusia yang berguna , semoga akan membuat  semangat kami selaku pihak yang diberi amanah ini, tidak pernah padam. Inshaallah. Amiin.


Ttd
Devi Riana Safitri
(Ibunda zahra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar