Rabu, 28 November 2012

pepatah sumatera

Jan 23, '10 1:39 PM
for everyone
orang sumatera itu senang sekali loh menyelipkan pepatah dalam pembicaraan sehari2 mereka...ini berdasarkan pengalaman pribadi. walaupun orangtua saya sendiri (yg kebetulan dari sum-bar) tidak termasuk yg sering mempraktikannya, tapi saudara-saudara oratu saya banyak yang masih mempraktikkannya..terutama tentu saja yg masih tinggal di sumbar.

geli kadang saya dengarnya, walaupun kalau diresapi sebenarnya pepatah2 tsb dalam juga maknanya. kadang saya tak habis pikir, bagaimana bisa ya mereka meng-korelasikan suatu peristiwa dengan pepatah tertentu dengan begitu cepatnya...

waktu tingkat awal kuliah dulu, saya pernah mudik dalam rangka menghadiri pernikahan sepupu. ternyata, ada beberapa bagian dari tradisi yg saya pikir(opini pribadi) gak penting dan gak jelas. berhubung punya tabiat yang tidak terlalu mengesankan, yakni ngomong blak-blakan ketika tidak suka sesuatu dan gak tahan kalo cuma disimpan sendiri(hehe), jadilah saya kemukakan saja secara terbuka tentang opini saya tersebut kepada beberapa sanak keluarga yg rata-rata lebih tua..pertamanya sih mereka tidak terlalu gubris saya, cuma lama-lama panas jg kali ya kuping mereka keseringan denger celotehan anak bawang yg tanpa malu2 mengungkapkan pendapatnya...akhirnya demonstrasi solo berakhir dengan pemberian wejangan secara ofisial terhadap anak bawang tsb (baca:disidang)

saya lupa tepatnya kata-kata yg saat itu mereka ucapkan(maklum gak lancar bgt bhs minang, hehe). cuma ada beberapa pepatah yang nyelip di sana sini dalam wejangan dari para tetua tsb, yang masih saya ingat karena memang berkesan ..hehe..ini contohnya

Dimano bumi dipijak, disinan langik dijunjuang, dimano sumua dikali
disinan aia disauak, dimano nagari diunyi disinan Adat dipakai, yang artinya nasihat untuk beradaptasi dengan adat setempat (hmmm...gak semua bagian dari adat bisa diperlakukan seperti ini kan yah...)


di lain waktu, ketika saya menolak untuk mengikuti prosedur ritual tertentu, meluncurlah pepatah:
Surang makan cubadak, sadonyo kanai gatahnyo, saikua kabau bakubang sakandang kanai luluaknyo, yg kurang lebih artinya gara2 kesalahan satu orang, banyak orang yg kena rasa malu-nya...(saya waktu itu agak heran, kenapa gak bisa nafsi-nafsi aja ya...)

demi menjaga "muka" ibu dan ayah saya, akhirnya saya mencoba lebih keras lagi menahan diri...anggap saja training manajemen emosi lah...(tapi tetep masih sering bablas sih, hehe)

tapi ada nih pepatah favorit saudara ibu saya yg kerap beliau lantunkan ketika menyemprot gadis2 yang terlalu malas belajar masak, baik anaknya sendiri atau pun anak orang lain. saya masuk kategori yg kedua :D

beginilah bunyi kicauan beliau:

Dek ketek taanjo-anjo, lah gadang tabao-bao, lah tuo tarubah tido,
sampai mati manjadi paranggai. yang kurang lebih berarti, perangai yang dipupuk dari kecil dan terus menerus dilestarikan akan terbawa sampai mati...

nah, kalo nasihat ini tadinya seperti angin lalu saja di telinga. tidak terlalu melihatnya sebagai sesuatu yg layak dipikirkan. sampai akhirnya masuk tahap hidup mandiri setelah pernikahan..baru deh terasa...ternyata, nasehat tersebut memang benar sekali...lumayanlah, walau telat tapi bisa jadi motivasi diri untuk melawan malas..

baru-baru ini, saya kembali menyaksikan praktik penggunaan pepatah. bukan ditujukan pada saya sih, tapi pada orang lain..

jadi beberapa hari yg lalu, saya kedatangan tamu(masih saudara) dari medan. kebetulan saat itu sedang ditayangkan siaran langsung sidang pansus susno duadji.rasa kesal yg membuncah di paras saudara saya itu akibat ulah tidak karuan salah satu anggota pansus yg memang gemar membuat rusuh itu, mengkonversi ke dalam bentuk lantunan pepatah.

"alamak, kesal kali sudah aku ni sama orang tu...ibaratnya kalau orang medan bilang, dia ni macam orang yang 'pandai tidak terikut, bodoh tidak terajar' "
saya tanyakan arti dari pepatah itu..dia bilang kurang lebih artinya kalaulah orang tsb memang pandai, maka tipe kepandaiannya adalah yg susah untuk dipahami awam, tapi kalau orang tersebut bodoh, tipe bodohnya adalah yang sudah tidak dapat diajari lagi saking bodohnya...

saya tidak tahu phrase mana dari pepatah ini yg lebih tepat untuk diaplikasikan pada orang tsb...tapi mengenai banyaknya orang(rakyat) yg sudah mulai mengendus ma'sud tujuan perilaku ajaib orang tersebut...itu mungkin sudah menjadi rahasia umum...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar