Rabu, 28 November 2012

gadis kecil yang dimarahi ibunya

Sep 24, '10 11:02 AM
for everyone
" Ummah...zahra...mau...makan...mesyes.." Kata zahra pada saya, lengkap dengan jurus senyum manis yg tak tertahankan itu. Mengingat dia sudah mengerahkan segenap energinya untuk bicara sempurna satu kalimat, tak tega saya untuk tidak meluluskan permintaanya. "Ok, tapi mesyes nya jangan sampai tumpah ya, ummah capek habis ngepel" pesan saya dengan tegas. Zahra terlihat senang lalu berkata "iya" dengan jelas. Saya pergi ke kamar merapikan lemari pakaian. Tak lama saya lihat zahra sudah mengambil gelas dan sendok kemudian memindahkan mesyes dari toples ke gelas. 

sejurus dia mulai asyik mengemil mesyes tanpa roti. Tak sampai 15 menit kemudian saya mendengar zahra mulai berlari l
ari sambil memegang gelas yg berisi mesyes tadi. Saya peringati dia untuk kembali duduk di meja makan. Dia menurut. Namun kurang dari 5 menit kemudian, saya lihat dia mengulanginYa kembali. malah kini sambil lompat lompat. belum sempat saya peringati dia lagi, mesyes dari gelas yg dia pegang sudah berhamburan kemana mana...kesal sekali saya dibuatnya. Saya mulai memarahi dia, saya katakan padanya bahwa dia tidak menuruti peraturan saya dan ini yang menyebabkan rumah jadi berantakan kembali. Dengan nada perintah yang keras, saya suruh 
dia untuk membersihkan kembali semuanya. Zahra ketakutan. Buru-buru dia ambil sapu dan pengki, kemudian mulai menyapu. Setiap ada bagian yg belum tersapu bersih saya suruh dia bersihkan kembali. Sampai akhirnya cukup bersih barulah saya ambil alih. 

Setelah itu kami sama sama diam. Saya masih mengatur emosi saya. Tak butuh waktu lama sampai saya merasa malu pada diri sendiri kenapa harus bentak bentak seperti itu. Saya lihat air muka nya, dia masih cemas akan dimarahi lagi. Ada perasaan menyesal juga sudah merespons secara berlebihan tadi. Walau dia salah, saya seharusnya bisa mengontrol nada bicara saya. Saya masih sibuk mikir ma
u bicara apa ke dia, saya hanya tatap dia
 dan seperti biasa dia menghindari kontak mata dengan saya.. Namun tak lama kemudian saya dengar dia bersenandung sebuah lagu lama: 

 "Kasih ibu..kepada beta..tak terhingga sepanjang masa..hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari du
nia.." 

Cuma senandung, masih tanpa syair..tak mengapa karena dia memang belum lancar bicara. Yang penting saya jadi tau bahwa dalam kondisi sejudes apa pun saya ke dia, dia tau kalau saya menyayanginya..dan dia pun membalasnya.. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar